Sabtu, 23 Januari 2016

Black Forest



Hutan lebat dan lembab di tumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi sehingga menutupi sinar matahari. Cemara dan Pinus bertengger di hutan itu dengan kebesaran alam yang masih alami dan natural tampa ada pernah yang menjamahnya.


Jakob dan Welhem dua bersaudara ini sebagai pemburu yang mahir dalam memainkan senapan pembidik target ketika ia berpetualang di tempat-tempat yang terhuni oleh makhluk yang konon bersemayam di hutan Black Forest atau Hutan Hitam di jerman bagian barat.

Mitos keangkeran mitologi hutan Black Forest tidak mengurungkan niat dua saudara ini. Bertekad untuk menaklukkan alam liar, bukan hanya liar bahkan penuh kemistikan didalamnya. Banyak para pertualangan memburu ke hutan ini tak jarang tidak kembali lagi. Bak seperti ditelan bumi menghilang tampa ada jejak.

Dengan persiapan yang matang seperti senapan pemburu berlaras panjang dan tas rangsel berisi peralatan dan makanan untuk bekal didalam sana. Berangkatlah Jakob dan Welhem tampa beban berat dengan hati yang penuh tekad menaklukkan ganasnya alam. 

Jakob dengan perawakan tubuh besar dan kekar seraya menggunakan rompi dan bercelana ala tentara. Terselip pisau gerigi dan tak kalah pentingnya adalah tas yang berisi butir-butir peluru untuk mencetarkan buruannya. Topi koboy pun menambah keren penampilannya sebagai seorang pemburu.

Welhem, seorang mahasiswa jurusan Flora dan Fauna sangat tepat dibidangnya dengan memiliki skil itu tentu sangat dibutuhkan oleh Jakob. Welhem berbadan kurus namun kuat ia berkaca mata seperti halnya seorang pengamat. Ide-idenya sangat briliant dalam membaca keadaan dan sifat binatang dan tumbuhan di dalamnya. Berpakaian elagant sebagaimana mahasiswa adanya. Hanya saja ia sedikit mempunyai rasa takut dan mudah terkejut jika mendengar suara yang membuatnya terkejut.

"Welhem!" panggil Jakob, "kita akan memasuki hutan yang belum terjamah manusia sampai kedalam. Apakah persiapan kita sudah cukup untuk berada disana. Apakah menurutmu hutan itu banyak binatang yang akan kita buru.?"

"Bukan hanya binatang tapi makhluk yang kita tidak duga keberadaannya!" jawab Welhem dengan nada seru, "bisa jadi kita banyak menghadapi rintangan yang dapat menyulitkan kita, entahlah mungkin juga kita bisa tersesat didalam sana!"

Jakob mendengar perkataan Welhem hanya menyeringai masam. Ia tidak takut apa yang dikatakan saudara sepupuhnya. Tidak akan mundur setapak pun untuk memasuki hutan belantara itu yang konon banyak Mitologi dengan kemistikannya.

Tiba-tiba Jakob tertawa, "Hahahaha ... Welhem aku bukan anak kecil yang bisa kau takuti. Justru akulah yang mengkhawatirkan kamu suka kagetan, mungkin saja kamu akan terkencing-kencing sebelum mati, hahaha."

Welhem pun ikut tertawa sambil mengejek. "Hahahaha...kentut kaulah yang membuatku terkencing-kencing ketakutan hahahaha!"

Jakob menyeringai sambil tersenyum nyinyir. "Ya sudah kita berangkat!" katanya.

Jakob melesat dengan cepat jeep yang ia miliki dan selalu dirawat. Mobil jeep itu penuh dengan jasa kepadanya. Jasa selama ini selalu mengantarkan setiap pertualangan masuk hutan keluar hutan rimba yang penuh dengan sensasi hobi sedari kecil. Darah pertualangan di warisi oleh kedua orang tuanya yang kini mengalir didalam tubuh Jakob.

Jalan beraspal terlewati. Kini mereka sudah memasuki kawasan penuh liku dan terjal juga curam melewati alam bebas tampa pendudukpun. Di kaki gunung Black Forest mereka beristirahat sejenak. Di sisi sungai dimana air mengalir dari pucuk gunung itu terlihat bening dan bersih. Suasana asri tampak dirasakan. Keindahan alam itu membuat pandangan mata dan hati tergugu. Sangat indah.

"Welhem, karena hari sudah mulai gelap bagaimana kita buka tenda untuk beristirahat malam ini!" berkata Jakob sambil mengeker dengan kekeran ukuran kecil kearah ujung hutan yang ditumbuhi pohon-pohon pinus dan cemara itu.

"Baiklah Jakob!" kata Welhem menjawab, ia segera membuka lalu melebarkan kain tenda sebagai tempat berteduh dari dinginnya malam. Sebatang kayu dahan ditancapkan sebagai tiang penyangga kain tenda. Tak lupa juga lampu kecil khusus penerang ketika api unggun padam. 

Sedangkan Jakob mempersiapkan peralatan untuk berburu nanti. Senjata api juga disiapkan untuk menjaga diri. Dihitungnya peluru senjata api itu, hanya ada 20 butir. Sedangkan peluru lunak serta peluru pembius cukup banyak. "Em ... Welhem sepertinya harus memegang senjata juga. Aku yakin hutan ini sangat berbahaya, yah bahaya, yang aku takutkankan adalah sesosok manusia pemakan manusia, kanibal!" batin Jakob, "bahkan konon di dalam hutan itu ada mahkluk peri, ah pemikiran tahayul!" batinnya lagi.

Suara binatang malam terdengar mengalunkan simfoni, terkadang berirama yang mendirikan bulu tengkuk. Jakob dan Welhem duduk berhadapan dengan api unggun ditengahnya. Suara kekresekan kayu terkikis api menambah kehangatan.

Sambil bersiul-siul Jakob mengusap senjata laras panjang dengan kain pembersih. Sedangkan Welhem menikmati teh hangat yang ia buat sendiri dengan menggunakan cerek yang di letakkan di atas api unggun. Tak ada kata-kata untuk di bicarakan mereka hanya menikmati susana malam yang hening.

Tapi tak lama Jakob membuka mulut. "Welhem ... kamu tahu wanita yang bernama Victoria?" betanya Jakob. "Aku dengar wanita itu adalah wanita yang konon bisa merubah dirinya menjadi seekor binatang liar!" 

"Ya aku pernah mendengarnya!" jawab Welhem. 

"Wanita itu pernah ke gunung ini. Lalu ia tersesat kemudian ketika itu dalam keadaan tidak berdaya. Tim penolong datang dan tubuhnya di temukan di temukan di kaki gunung ini. Ya disini dimana kita sekarang berada.!" Jakob bercerita membuat Welhem sedikit mengkernyitkan kening. 

"Jakob, kamu jangan membuatku takut. Aku tahu atas kematiannya ketika ia sudah berada di rumah sakit, lalu sebelum kematian wanita itu ada tragedi yang aneh. Beberapa perawat dan dokter rumah sakit mati mati secwra misterius dengan luka seperti cakaran binatang buas.!"

"Ya benar. Ketika itu pihak kepolisian menyelidiki tragedi itu yang ternyata adalah wanita itu berubah dirinya menjadi seekor serigala jadi-jadian.!" berujar Jakob.

"Sedangkan aku tidak tahu kalau wanita bernama Victoria itu ditemukan di tempat ini. Berarti kalau perkataan kamu benar. Bisa jadi kita seperti wanita itu!" yang berkata adalah Welhem. Ia sedikit merinding mendengar cerita itu.

"Ah sudahlah. Jangan bicarakan itu!" kata Welhem lagi.

"Hai ... Buatkan aku kopi lah!" Jakob meminta Welhem agar membuatkan kopi. 

"Jakob, kamu iitu tidak boleh minum kopi terlalu banyak. Kopi itu bahaya buat kesehatan kamu!" ujar Welhem menyeringai.

"Sok tahu kamu... Sudah buatkan aku kopi. Itu airnya masih panaskan!" kata Jakob sambil menunjuk kearah cerek. 

"Ada," jawab Welhem, "cuma sepertinya harus di panaskan lagi. Airnya sudah tidak panas!"

"Ya sudah panaskan dulu!" berkata Jakob, "tidak enak kalau tidak panas, kurang nendang."

"Eh ... rokoknya ada?" kembali berkata Jakob.

"Ada, tapi tinggal setengah bungkus!" menjawab Welhem.

"Guoblook ... " tIba-tiba Jakob menyentak keras. "Kalau gak ada rokok bisa asem mulut. Di sini gunung Welheem... Mana ada warung. Kenapa gak bawa rokok setock!"

"Lah ... duitnya pas-pasan rokok mahal!" balas Welhem membalas. "Udah berhenti merokok aja!" kilah Welhem, sebenarnya dia jarang merokok. Kecuali habis makan atau sedang ngopi itu juga kalau di tawarin kalau tidak ia tak akan merokok dapat bertahan. Tidak seperti Jakob yang selalu melepus terus ngebul kaya kereta locomotif.

"Eh-aku tadi melihat bayangan putih berkelebat dari pohon itu!" kata Welhem sambil menunjuk kearah pohon cemara yang lebat daunnya. Jakob menoleh kearah yang ditunjuk Welhem.

"Mana tidak ada apa-apa!" seru Jakob.

Welhem diam sejenak sambil terus mandang lekat kearah dimana bayangan putih berkelebat tadi. "Mungkin hanya halusinasiku saja!" katanya.

Kopi pun selesai di buat. Welhem menyerah kan kopi itu kepada Jakob. Namun baru saja Jakob meraih kopi itu, tiba-tiba burung kelelawar melabrak tangan Jakob. Tentu membuat Jakob terkejut lalu melepaskan gelas kopi itu. 'Praak ...!" kopi tumpah. "Kunyuk!" rutuk Jakob.

"Yah ... susah masak airnya malah di tumpahin." berkata Welhem, "apinya hampir padam lagi!" serunya.

"Burung setan!" hardik Jakob merasa kesal karena kopinya tertumpah sebab kelelawar itu. "Bikin lagi bisa?!" 

Welhem melebarkan tangan dan dadanya sambil menyeringai pertanda entahlah karena api unggun sudah hampir padam. 

"Uh ... Sompret banget!" kembali Jakob merutuk. Seraya mengambil gelas itu lalu melemparkan jauh sekuat tenaganya. 'Praak'

"Uhh... Uh... Uh..."

Terdengar suara wanita sedang meringis kesakitan. Suaranya sangat nyata dari arah gelas yang di lemparkan Jakob. "Welhem ... Coba kaku dengar. Apakah kamu mendengar suara wanita menangis?!"

Welhem mengangguk lalu berkata, "Ya aku mendengar. Suara wanita menangis. Apakah disini ada penduduk?" bertanya pula Welhem.

Perkiraan wanita menangis itu terkena gelas yang di lemparkan Jakob. "Mungkin ada seorang wanita yang sedang mengintai kita berada disini?" membatin Jakob lalu bergumam pelan.

"Mari kita lihat!" ujar Welhem. Mereka berdiri laku menghampiri arah suara wanita menangis itu dengan jalan mengendap-ngendap. Ketika langkah mereka sangat dekat dengan suara wanita yang masih saja meringis pelan. Ada rasa takut menyelimuti Welhem. Ia sangat takut dengan keterkejutan, jantungnya mudah berdegup dan membuat lemas lutut. "Kamu duluan Jakob!" kata Welhem sambil mendorong tubuh Jakob.

Benar saja ketika pandangan tertuju pada suara itu, terlihat tubuh wanita membelakanginya. Rambutnya panjang menjuntai. Berbaju merah tipis seperti daster. Merahnya tidak kentara karena gelapnya malam. Jakob sempat terdiam sejenak memandang tampa berkedip. Sambil menoleh kearah Welhem, Jakob berucap pelan berbisik. "Apa yang harus kita lakukan." 

Welhem menggelengkan kepala pertanda tidak tahu apa yang dilakukan. Jakob merabah pistol di pinggangnya bersiap menarik pelatuk jika wanita yang di hadapannya bisa mengancam keselamatan.

"Hai! Siapa kamu?!" bertanya Jakob dengan nada keras. Wanita itu tidak menoleh sedikit pun bahkan suaranya semakin sendu dan berirama menyayat hati. Kembali Jakob bertanya, "hai wanita yang berambut panjang dan sendirian dimalam hari. Kalau kamu manusia pasti menoleh kearahku. Tapi kalau kamu tidak mengatakan siapa kamu, dengan terpaksa aku akan menembak kamu!" kata Jakob sambil mengarahkan pistolnya kearah wanita yang membelakanginya.

Wanita itu pun menoleh. Tapi alangkah terkejutnya Jakob dan Welhem melihat wajah wanita itu penuh luka. Lingkaran matanya berwarna biru. Lalu wanita itu membuka mulutnya lebar sehingga tampak gigiya yang caling. Lalu menguarkan suara menggeram "Aarrrgghhh....!"

Dan terkejutnya bukan kepalang ketika wanita itu ingin menerkam Jakob. Sontak dengan cekat Jakob melepaskan tembakan 'Dooor.." 'claak' Tembus peluru yang di muntahkan dari rongga pistol jakob. Tapi aneh wanita itu hanya beringsutkan badannya, lalu menggeram kembali. Namun wanita itu tidak menyerang, ia berbalik arah kembali membelakangi sambil terus menggeram dan berlari kencang kedalam hutan lalu tubuhnya menghilang cepat tertelan gelap.

Dor, dor.

Kembali dua peluru di lontarkan jakob menembus kegelapan hilangnya wanita menyeramkan itu. Jakob yakin peluru yang pertama menembus tubuhnya. Tapi aneh wanita itu tidak mati. Jakob dan Welhem saling berpandangan. Perlahan mereka melangkah mundur untuk meninggalkan tempat itu sambil terus waspada memandang dimana wanita itu menghilang.

"Senter, siapkan senter!" ujar Jakob, sambil melangkah cepat menuju tanda. Diikuti oleh Welhem berlari kecil dibelakangnya. Nafas mereka mulai tidak beraturan. Hati mereka di liputi kebat-kebit. Lamat-lamat helaan nafas Welhem terdengar sesak. Welhem memang mempunyai sedikit asma. Ia mendenguskan nafas sambil berkata berat. "Uh ... Baru di luar hutan sudah semisteri ini. Apalagi di dalam hutan nanti. 

Mendengar keluhan Welhem, Jakob berkata. "Ingat kita jangan putus semangat. Sesulit apapun, itu adalah resiko yang harus kita nikmati.!"

"Sepertinya kita tidak bisa tidur tenang malam ini!" tukas Welhem dengan nafas tampak naik turun. "Aku haus!" katanya lagi lalu mengambil botol air berisi minuman alkohol. "Jangan di habiskan, aku juga haus!" yang berkata Jakob sambil merabah lampu senternya untuk memeriksa apakah batreinya berfungsi. Setelah Welhem meminum, lalu ia menyerahkan botol minuman itu kepada Jakob.

Baru saja dua teguk Jakob minu air itu. Tiba-tiba dari arah barat di balik pohon cemara terdengar suara gegusrakan. Welhem pun mendengarnya. Mereka langsung palingkan wajah kejurusan suara itu. Sambil menyenter kejurusan suara itu. Lampu senter menyorot tajam. Tampak bayangan hitam dan terlihat banyak sedang berkerumun. Tercekatlah Jakob dan Welhem.

Bayangan hitam banyak dan berkerumun itu berlari ketika sorot senter menerangi mereka. Bentuknya seperti manusia kate. Ada tangan dan kaki juga kepala, hanya saja tubuhnya kate. Jakob dan Welhem kembai saling berpandangan melongo. Welhem terkejut ketika pundaknya di tepuk oleh Jakob. "Jangan bengong! Cepat ambil senter satu lagi." 

Welhem segera mengambil lampu senter didalam rangsel tasnya. Kini dua senter cukup untuk menerangi sorotan. Sedangkan Jakob bersiaga penuh dengan pistol ditangan kanan, dan senter di tangan kiri.

"Kita kejar!" ujar Jakob sambil melompat berlari menuju bayangan hitam manusia kate itu berlari masuk kedalam hutan. Welhem juga turut berlari sambil menyorotkan lampu senter dengan fokus. "Mereka cepat sekali menghilangnya!" Kembali Jakob berujar ketika sampai di tempat awal bayangan hitam manusia kate itu berada.

"Ambil semua senapan kita!" Jakob memberi perintah kepada Welhem untuk mengambil semua senapan. Segera Welhem menuju tenda kembali. Didalam tenda itu ketika Welhem ingin masuk untuk mengambil tas berisi senapan yang berada di dalamnya, ia melihat sosok bayangan di dalam tenda seperti seorang wanita. Tidak mau ambil resiko Welhem pun berteriak lantang.

"Jakooob....."

Sontak jakob terkejut, ia menoleh dan segera menuju tenda untuk melihat apa yang terjadi dengan Welhem. "Lihat ...!" Pekik Welhem ketika Jakob sudah berada di sampingnya. Di dalam tenda ada bayangan hitam seorang wanita yang sedang nungging. Jelas sekali bayangan itu adalah seorang wanita.

Jakob mengira bayangan di dalam tenda itu adalah wanita yang berwajah seram tadi. Hanya saja dia tidak menggeram. Hanya terlihat sedang menungging. Jakob kembali membidik pistolnya kearah bayangan didalam tenda itu! Lalu seraya berteriak keras.

"Hai yang didalam sana! Siapa kamu?" 

Tidak ada jawaban. Bayangan seperti wanita sedang menungging itu malah mengayunkan tubuhnya kedepan lalu kebelakang. Sekali lagi Jakob berteriak mengancam, "Dengar yah, kalau masih berada didalam sana akan aku tembakkan peluru ini!" Tapi masih saja bayangan wanita itu tidak menjawab bahkan kini ia menggoyangkan pinggulnya keatas lalu kebawah.

Sudah pasti wanita di dalam tenda itu tidak berpakaian, terlihat dari bayangannya lekak-lekuk tubuhnya sangag kentara. Jakob melirik kearah Welhem. Welhem menggelengkan kepala, namun ia memberi isyarat agar Jakob jangan menembaknya. Kembali Welhem memberi isyarat dengan menggunakan gaya tanganna agar tenda itu dirubuhkan sehingga wanita itu terkurung lantas segera menyergapnya.

Jakob mengerti apa yang di isyaratkan Welhem. Ia mengangguk lalu memberi kode dengan jarinya agar bersama-sama untuk menarik tiang penyangga tenda secara bersama-sama agar wanita itu terkurung di dalam tenda. Jakob mulai memberi aba-aba dengan jari telunjuknya.

Satu

Dua

Tiga....

Mereka segera dengan cekat mengambil tiang penyangga tenda itu. Jakob sebelah kiri sedangkan Welhem sebelah kanan secara berbarengan. 

Khuf...

Besss....

Tenda pun menguncup. Wanita itu pun terkurung. Jakob dengan cepat mendorong wanita di dalam lilitan kain tenda lalu menyergapnya dengan berani.

Aaahhhhh....

Wanita itu berteriak. Jakob dengan sekuat tenaga menindih tubuh wanita itu hingga tidak bisa bergerak. Welhem tidak tinghal diam, segera memegang kaki wanita itu. "Haiii..." Kini wanita itu berteriak dengan jelas dia adalah seorang wanita. Tetapi Jakob tidak langsung melepaskan dekapannya. Ia bertanya. "Siapa kamu?!"

"Aku Vany!" 

Jawab wanita itu. Jakob menoleh kearah Welhem lalu kembali berkata. "Sekali lagi aku tanya, kamu ini manusia apa mitologi hutan ini?"

"Manusia.. Aku manusia tuan, namaku Vany!" terang wanita itu memang dia adalah seorang manusia wanita. "Lepaskan aku tuaan...!" pekiknya dengan nada meringism

Jakob melirik ke Welhem. Lantas Welhem mengangguk, maksudnya agar Jakob melepaskan dekapannya. Jakob pun membuka kain tenda yang mengurung tubuh wanita sedang posisi menungging itu. Tentu dengan sigap Jakob mengacungkan pistolnya kearah wanita itu ketika ia mulai terlihat. 

Kini ketika wanita itu berhasil melepaskan likitan kain tenda itu, Jakob dan Welhem kembali tercengang. Mereka awalnya hati kebat-kebit ketakutan, tapi sekarang malah melongong-longong memandangi tubuh wanita itu.

Kenapa?

Karena wanita itu tampa sehelai benang pun yang menutupi tubuh putihnya. Di malam yang gelap dan temaram di mulut hutan Black Forest tidak menghapangi indahnya tubuh wanita dengan paras oval rambut panjang sepinggul lembut dan hitam. Wanita itu mengaku bernama Vany. Jakob dan Welhem meleletkan lidah terkesima ketika memandang di hadapannya buah dada yang mengkel juga padat.

Vany tersenyum lalu berpura-pura malu seraya menutup buah dadanya, "Jangan memandang payudaraku seperti itu tuan!"  Di kata begitu Jakob dan Welhem segera memalingkan wajah. 

"Apakah ada pakaian untukku?!" bertanya wanita bernama Vany.

Sontak Jakob membuka rompinya yang tebal lalu memberikan kepada vany sambil berusaha memalingkan wajah walaupun di hati sempat terbesit ingin mengintip. "Ini pakai!" ujar Jakob.

Vany meraihnya lalu mengenakannya tapi bawahannya tidak pakai jadi selangkanganya terpampang tebal. "Lalu aku pakai celana apa. Masa atas di tutup bawah terbuka.!" berujar Vany.

Welhem segera membuka celana panjangnya. Kini ia hanya mengenakan celana kolor hawai. "Ini pakai!" kata Welhem sambil menyerahkan celana panjang itu. Wanita itu pun mengambilnya lalu di kenakan. "Terima kasih Tuan!" kata Vany.

Walaupun wanita bernama Vany itu sudah memakai celana dan menutup selangkangannya, namun payudaranya masih terlihat menyembul dari balik rompi milik Jakob. Lalu Jakob menawarkan kaos yang di kenakannya untuk di pakai Vany, tapi Vany menolak karena tak tega di malam yang dingin melihat Jakob telanjang dada. "Sudahlah Tuan, ini sudah cukup!" ujar Vany seraya duduk mendeprok di atas kain tenda. 

Jakob memberanikan diri untuk lebih mendekat lalu bertanya kembali sambil memandang lekat-lekat wajah wanita itu. "Kamu ini dari mana? Kok tiba-tiba ada di dalam tenda kami dengan posisi menungging tampa pakaian pula lagi?!" 

Wanita itu tersenyum menyeringai dan menjawab. "Aku tersesat tuan! Aku di kejar-kejar oleh makhluk kate, mereka sangat seram dan aneh. Makhluk kate itu berhasil manangkapku lalu seluruh pakaianku di tanggalkan. Aku ingin di perkosa sama mereka. Aku berlari kemari karena melihat tenda tuan. Aku pun masuk untuk bersembunyi!"

Jakob dan Welhem mendengar cerita wanita bernama Vany itu berpikir sejenak. Ada benar dan masuk akal juga keterangan yang diuraikan. Karena mereka juga melihat makhluk seperti manusia cebol. 

"Welhem memberikan minuman alkohol kepada wanita itu agar tubuhnya terasa hangat. Di lihat tubuh wanita itu sedikit menggigil. Mungkin saja dingin atau menggigil ketakutan denga peristiwa yang ia alami. "Minum ini!" tawarnya mengulurkan minuman itu.

Vany meraih botol minuman alkohol itu, lalu meneguknya. Kerongkongannya terasa lega dari dahaga. Dan tubuhnya sedikit terhangatkan. Ia tersenyum kepada Jakob dan Welhem. "Terima kasih tuan. Untung ada kalian. Mungkin kalau tidak ada tuan bagaimana nasib saya ini." ujar Vany panjang.

***

Malam semakin larut. Vany mencoba memejamkan mata dengan berselimut kain tenda. Sedangkan Jakob dan Welhem duduk berjaga sambil memandang dengan tatapan tajam kesetiap penjuru. Welhem melirik kearah Vany yang tertidur pulas. Melihat itu, Jakob manampar pelan pipi Welhem, sambil berucap, "Jangan di lihatin. Nanti kau kepengen!"

Welhem meyeringai nyinyir tertawa kecil. "Jakob kali ah yang pikirannya kepingin hahaha..." katanya sambil tertawa kecil. Karena mendengar suara Welhem tertawa membuat Vany terusik tidurnya. Ia merenggangkan ototnya sambil menguap. Kain tenda yang membalutnya lantas tersingkap sehingga kelihatan payudaranya yang besar menyembul. Sontak Welhem menatap lama melihat itu. Baru pertama kali Welhem meliahat payudara tampa penutup di hadapannya.

Jakob pun demikian, walaupun ia pernah merasakan persetubuhan. Tapi jika melihat itu, ia pun jadi terangsang. Ditambah suasana malam yang mendukung di gerbang hutan Black Forest. Sesaat Jakob dan Welhen saling berpandangan. "Ngelihat doang gak apa-apa kan!" Welhem berbisik pelan. "Hihihihi..." Jakob tertawa menyeringai melihat saudara sepupuhnya itu. "Tahan... Jangan ada niat untuk memperkosanya!" bisik Jakob.

Tiba-tiba Vany memicingkan mata kearah mereka sambil berkata. "Perkosa juga gak apa-apa kok.. Aku juga lagi kepingin nih!" 

Rupanya Vany mendengar pembicaraan kedua lelaki itu. Sontak membuat Jakob dan Welhem terhenyak mendengar perkataan Vany. Kembali mereka saling berpandangan lalu tertawa cekikikan perlahan. 

"Kenapa ketawa.. Emang kalian gak kepengen!" kembali Vany berujar.

"Kamu mau?" tanya Jakob.

Vany mengangguk kepala pertanda mau.

"Kalau Three some, kamu mau?" Jakob bertanya lagi, "soalnya Welhem nganggur jika aku saja yang main hihihi!" Jakob bermaksud mengejek Welhem.

"Bagaimana kalau gantian, aku dulu!" Welhem menyahut.

"Enak aja, aku kan yang lebih tua hahahaha!" balas Jakob tertawa renyah.

"Hai... bertiga aja. Aku ingin main trhee some!" lantas Vany menyahut menggoda sambil melepaskan rompinya dan langsung melorotkan celana. Tentu membuat Jakob dan Welhem menambah tertantang. Tampak penis Welhem mengacung jelas karena ia hanya mengenakan kolor hawai.

"Sini!" Vany memanggil mereka berdua. Jakob dan Welhem menghampiri. Vany dalam keadaan berjongkok, menyuruh Jakob dan Welhem berdiri di hadapannya. Lalu Vany membuka celana panjang yang di kenakan Jakob. Juga kolor Welhem yang mudah untuk di lorotkan. Dengan penuh nafsu Vany sudah menelanjangi mereka berdua. Kini kedua penis lelaki itu mengacung di depannya tepat dihadapan wajah Vany.

"Uh ... baru kali aku melihat dua penis sekaligus!" gumam Vany.

"Hai ... Kamu suka yah?!" berkata Jakob. Vany mengangguk sambil mengengam kedua penis itu. Kedua tangannya sangat lihay mengocok-ngocok membuat Jakob dan Welhem menyeringai keenakan. Membuat tubuh kedua lelaki itu bergidik tak karuan. 

Vany benar-benar mengamati kedua bentuk penis Jakob dan Welhem. Beda-beda bentuknya. Jakob mempunyai penis yang besar tapi melengkung keatas, sedangkan Welhem mempunyai penis kecil tapi panjang. Vany suka sekali memainkan kedua penis lelaki itu, walaupun malam dan kurang jelas, namun Vany sangat menikmati.

"Eh-apa ini?" kata Vany bertanya merasakan penis Jakob licin di rongga penisnya. Seraya mempilin-pilin liang penis itu dengan jari jempol. Dirasakan sangat licin. "Emmm .... I like this, fuck ... yes ....!" desis Vany.

"Sayaang ... hayo dong di kulum!" seru Welhem memberanikan diri mengulurkan penis ke mulut Vany. "Kamu bisa mengkulum kan?!"

Vany mendekati bibirnya tepat di kepala penis Welhem. Tangan kirinya tetap mengocok penis Jakob. Sedangkan tangan kanan nya berusaha mengarahkan penis Welhem kearah mulutnya. Perlahan Vany menjilati dengan sedikit ragu. Selama hidupnya ia belum pernah mengkulum penis seorang lelaki. Welhem memaksa. "Hayo sayang di emut-emut."

Jakob merasa bosan dengan permainan tangan Vany. Ia melepaskan lalu membungkuk di depa bokong Vany yang sedang berjongkok. "Sayang kamu nungging yah!" Meminta Jakob kepada Vany untuk posisi menungging.. Vany pun menuruti apa yang di katakan Jakob. Lalu ia menungging dengan lutut kiri menopang, lalu kaki kanan di angkat seperti anjing mau kencing.

Sambil mersakan cita rasa Penis Welhem, akhirnya Vany memberanikan diri untuk mengkulum penis itu yang semakin membesar dan licin di rongga mulut "Em ... Em ... Em ..." desisnya

Vany terkejut ketika tiba-tiba selangkangannya disapu-sapu oleh bibir Jakob yang lincah menari-nari genit lagi doyan. 

KENA SENSOR... DI POTONG BAGIAN INI.

Alangkah terkejutnya Jakob ketika  mencabut penisnya yang terasa berlender itu memang seperti daging busuk. Nanah berbau amis menguar dari selangkangan Vany. Air kencing Vany pun hitam pekat seperti air comberan yang berbau... "Aahhh .....!" pekik Jakob sambil membersihkan penisnya dengan celananya.

Tak kalah terkejutnya bukan kepalang dirasakan oleh Welhem. Wanita bernama Vany itu yang mengkulum penisnya ternyata mempunyai wajah buruk rupa. Wajahnya di penuhi luka kulit yang mengelupas. Matanya seperti mau keluar dari rongga. Giginya hitam-hitam dan rambutnya penuh dengan belatung berkerumun memenuhi rambutnya yang kusut, belatung itu berjalan menggerayang sampai kewajah. 

Penis Welhem seperti berlendir bau amis yang sangat amat dirasa ingin muntah dan memang benar tak lama kemudia Welhem pun muntah. Sangat jijik melihat wanita itu. Wanita yang  cantik kini berubah menjadi seperti mayat hidup.

"Awas Welhem..!" teriak Jakob ketika wanita itu ingin menerkam tubuh Welhem dengan kukunya yang panjang. Welhem mengelak menjauh sambil melompat mundur. Dalam keadaan telanjang Welhem lari tunggang langgang seperti orang gila. Jakob pun demikian dalam keadaan tampa sehelai benangpun mencoba sigap untuk mengelak serangan wanita jadi-jadian itu jika menyerangnya. Jakob berusah mengambil pistol nya dekat dimana wanita itu berada.

"Welhem bantu aku membunuh wanita ini!" teriak Jakob meminta pertolongan. Welhem hanya celingak-celinguk tergugu bingung apa yang harus ia perbuat. Dilihatnya sebatang balok dan sebongkah batu. Dengan cepat Welhem mengambil balok itu lalu melemparkannya kearah Jakob. "Ambil ini!" seraya berteriak keras. Jakob dengan cekat mengambil balok itu.

Di saat jakob hendak mengambil balok. Tiba-tiba wanita itu lebih dulu menyerang. Jakob kena sergap dan cakaran wanita itu pun membeset punggung Jakob "aggrr..." teriaknya kesakitan. Aneh luka besetan itu langsung membiru menggores punggung Jakob. Ia merintih kesakitan.

"Welhem...tolong akuuu.." pekik Jakob ketakutan. Welhem segera mengabil bongkahan batu itu lalu mendekati wanita itu dari belakang. Batu itu diangakat tinggi-tinggi dengan kedua tangan. Saat itu juga...

Praak....

Kepala wanita itu rengkah. Darah keluar dari kepalanya dan mengucur deras. Aneh darahnya berwarna hitam bernyenyeh kental dan bau pula. Wanita itu tersungkur tepat di atas tubuh Jakob dan menindihnya. Jakob sontak mendorong tubuh wanita itu sekeras-kerasnya hingga tubuh nya terpelanting kesamping. Jakob segera bangun dan berlari menjauh, sebelumnya ia mengambil pistolnya lalu menembakan tiga kali ketubuh wanita itu yang sudah tak bernyawa. Penis jakob menggandul ketika ia berlari menjauh membuat Welhem yang melihat iu sedikit tertawa geli.

"Hahahah Jakoob ... jelek banget kau!" hardik Welhem mengejek.

"Sama kau juga jelek lah.. Lihat penis kau seperti cacing kedinginan hahahah.." balas Jakob.

Belum saja mengatup mulut tiba-tiba Jakob ada yang menarik dari belakang. Sreeet.....

Agggh....

Jakob pun menghilang di balik kegelapan dan buasnya alam Black Forest.

"Jakobbb....kemana kau?!" teriak Welhem, ia celingak-celinguk mencari Jakob hilang mendadak. Timbul rasa takut di hati Welhem. "Hai ... jangan becanda... aku tidak suka seperti ini!" ujar Welhem dengan nada keras dan hati kebat-kebit.

Diam dan hening sejenak. Welhem memperhatikan sekelilingnya tidak ada suara yang mencurigakan. Hanya suara desiran dedaunan terhempas angin dan binatang malam bersimfoni dengan nada khasnya.

"Jakobb.... Jakob....!" teriak Welhem sekeras-kerasnya. "Jakob...KOB, KOB, KOB," hanya suara Welhem yang memantul. "Jakob....KOB, KOB, KOB," Gema suara Welhem begitu nyata. Resahlah hati Welhem. Ini bukan permainan dan bercanda, ini kenyataan yang harus ia hadapi.

Gggrrr....

Gggrrr...

Gggrrr...

Terdengar suara menggeram. Welhem menoleh kearah suara itu. Geraman itu ternyata wanita jadia-jadian bernama Vany. Ia hidup kembali dengan wajah sangat murka. Matanya terbelalak memandang Welhem. Mulutnya keluar lendir yang menjijikan dan berbau amis. Welhem terkesiap melihat itu. Ia mengambil senapan laras panjang denga peluru bius. Di bidiknya wanita itu.

"Wanita setan! Jangan mendekat!" gertak Welhem membidikkan senapan itu kearah kepala wanita seram. Wanita itu berjalan merangkak pelan tapi lincah. Welhem mundur kebelakang sambil terus menodongkan senapannya. "Hai... aku tidak main-main!" sekali lagi Welhem mengancam dengan keras. Namun wanita jadi-jadian masih terus menghampiri Welhem dengan jalan merangkak. Bahkan gerakannya semakin cepat. Dengan cepat pula Welhem melontarkan senapannya berisi obat bius itu.

Jllebb.....

Crass....

Peluru bius berbentuk jarum dan berekor bulu ayam itu tepat mengenai ubun-ubun wanita menjijikan itu. Gerakannnya semakin lambat meskipun masih terus merangkak menghampiri Welhem. Tampa mengulur waktu dan kekberikan kesempatan wanita menjijikan itu untuk menyerang, Welhem mengambil sebatang kayu ranting yang cukup keras langung menggeprak tepat di muka.

Prakk..

Wanita itu beringsut mundur dengan tatapan nanar. Kembali Welhem mengibaskan ranting itu dengan keras kearah wajah. Prak..... agghhh....wanita berteriak. Rupanya ia takut dengan ranting itu. Wanita itupun merangkak mundur dengan cepat lalu menuju kegelapan dan menghilang. Peluru bius yang mengenainya ternyata tidak mempan. Wanita itu sangat kuat. Namun sangat takut dengan ranting sebuah pohon. 

Setelah di amati ternyata ranting itu berasal dari negeri timur asia yaitu Indonesia yang kaya dengan jenis tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah. Pohon yang hidup di negeri yang subur makmur dan rojinawi itu adalah bernama Pohon Kelor. Atau biasa di sebut daun kelor.

Selamat lah Welhem dari serangan wanita jadi-jadian itu. Dengan nafas tersengal-sengal dan di selimuti rasa takut yang sangat amat karena sendiri. Jakob telah hilang entah kemana. Ia berpikir keras, apakah harus balik pulang. Apakah harus menolong Jakob di dalam hutan Black Forest yang penuh Mitologi dan terkenal ke angkerannya....TUNGGU 








2 komentar:

  1. wuih keren,,, ada adegan hotnya segala, bikin jantung mau copot bacanya, teruskan berkarya

    BalasHapus
  2. iya kak maksih mau berkunjung hi..

    BalasHapus